1 November 2011

Anak Kecil Penjaja Kue



Seorang pemuda yang sedang lapar pergi menuju restoran jalanan dan ia pun menyantap makanan yang telah dipesan. Saat pemuda itu makan datanglah seorang anak kecil laki-laki menjajakan kue kepada pemuda tersebut, "Pak mau beli kue, Pak?" Dengan ramah pemuda yang sedang makan menjawab "Tidak, saya sedang makan".

Anak kecil tersebut tidaklah berputus asa dengan tawaran pertama. Ia tawarkan lagi kue setelah pemuda itu selesai makan, pemuda tersebut menjawab "Tidak dek saya sudah kenyang". Setelah pemuda itu membayar ke kasir dan beranjak pergi dari warung kaki lima, anak kecil penjaja kue tidak menyerah dengan usahanya yang sudah hampir seharian menjajakan kue buatan bunda. Mungkin anak kecil ini berpikir "Saya coba lagi tawarkan kue ini kepada bapak itu, siapa tahu kue ini dijadikan oleh-oleh buat orang dirumah". Ini adalah sebuah usaha yang gigih membantu ibunda untuk menyambung kehidupan yang serba pas-pasan ini. Saat pemuda tadi beranjak pergi dari warung tersebut anak kecil penjaja kue menawarkan ketiga kali kue dagangan. "Pak mau beli kue saya?", pemuda yang ditawarkan jadi risih juga untuk menolak yang ketiga kalinya, kemudian ia keluarkan uang Rp 1.500,- dari dompet dan ia berikan sebagai sedekah saja.

"Dik ini uang saya kasih, kuenya nggak usah saya ambil, anggap saja ini sedekahan dari saya buat adik". Lalu uang yang diberikan pemuda itu ia ambil dan diberikan kepada pengemis yang sedang  meminta - minta.   Pemuda tadi jadi bingung, lho ini anak dikasih uang kok malah dikasihkan kepada orang lain. "Kenapa kamu berikan uang tersebut, kenapa tidak kamu ambil?". Anak kecil penjaja kue tersenyum lugu menjawab, "Saya sudah berjanji sama ibu di rumah, ingin menjualkan kue buatan ibu bukan jadi pengemis, dan saya akan bangga pulang ke rumah bertemu ibu kalau kue buatan ibu terjual habis. Dan uang yang saya berikan kepada ibu hasil usaha kerja keras saya. Ibu saya tidak suka saya jadi pengemis". Pemuda tadi jadi terkagum dengan kata-kata yang diucapkan anak kecil penjaja kue yang masih sangat kecil buat ukuran seorang anak yang sudah punya etos kerja bahwa "kerja itu adalah sebuah kehormatan", kalau dia tidak sukses bekerja menjajakan kue, ia berpikir kehormatan kerja di hadapan ibunya mempunyai nilai yang kurang. Suatu pantangan bagi ibunya, bila anaknya menjadi pengemis, ia ingin setiap ia pulang ke rumah melihat ibu tersenyum menyambut kedatangannya dan senyuman bunda yang tulus ia balas dengan kerja yang terbaik dan menghasilkan uang. Kemudian pemuda tadi memborong semua kue yang dijajakan lelaki kecil, bukan karena ia kasihan, bukan karena ia lapar tapi karena prinsip yang dimiliki oleh anak kecil itu "kerja adalah sebuah kehormatan", ia akan mendapatkan uang kalau ia sudah bekerja dengan baik.

Seperti kita ketahui bersama bahwa tanggal 28 Oktober yang lalu kita memperingati hari lahirnya Sumpah Pemuda yang ke-83, dan tanggal 14 November nanti, kita pun sebagai bagian dari GKP Jemaat Bandung akan memperingati hari ulang tahun ke-77 GKP. Kedua peristiwa itu dengan sendirinya akan membawa diri kita pada penghayatan akan makna dari hari lahir tersebut. Salah satu refleksi kita terhadap dua peristiwa tersebut adalah “Sejauh mana, saya sebagai pemuda bangsa menjungjung tinggi persatuan?” dan “Apa yang sudah dan akan saya perbuat sebagai Jemaat untuk membangun Gereja, khususnya GKP?”.

Melihat cerita diatas yang dikaitan dengan kehidupan sekarang, dalam konteks memperingati hari lahir tersebut, membawa setiap pribadi baik sebagai bagian dari Bangsa ini dan bagian dari GKP untuk lebih berani dalam menghadapi hidup  karena penambahan usia itu tidak dapat dihindari, maka kita dituntut untuk tidak menyerah pada keadaan, seperti cerita diatas. Namun disini pun dibutuhkan sebuah kejujuran dan kesetian karena tanpa itu kita akan mengalami kesulitan dalam memahami arti hidup ini yang sesungguhnya.

Kita diharuskan menjadi pribadi yang bukan saja hanya sebatas merenung tapi melakukan tindakan nyata yang berdampak baik bagi Gereja bahkan Negara. Seperti halnya karya Yesus yang tidak pernah berhenti, begitupun karya kita, karya yang tidak berhenti sampai hari ini saja, tetapi karya yang berkelanjutan dan berdampak pada kehidupan sesama.

Demikian pula dengan kamu: Kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia Roh, tetapi lebih dari pada itu hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun Jemaat.
1 Korintus 14 : 12

SyR_cerita @pondokrenungan.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar